Hari ini adalah hari Senin. Ichi sampai sekolah diantar oleh mang Jaja, supir pribadinya. Seperti biasa, Luxio warna hitam mengkilap menurunkannya tepat di depan gerbang sekolah. Ichi dengan riangnya berjalan sambil menyanyikan lagu My Love dari Westlife. Namanya Ichi Aprilyna. Pasti orang-orang yang baru mengenalnya, akan berpikiran Ichi lahir pada bulan April. Hohoho, itu salah besar. Ichi lahir pada bulan ketiga, yaitu bulan Maret. Ichi juga merasa heran dengan namanya, pernah ia menanyakan kepada mama dan papanya tentang hal itu. Mereka hanya serentak menjawab,
“Dulu kamu lahir tanggal 1 April. Ternyata, pada Aktemu sama petugas sipil ditulis tanggal 31 Maret.”
Namun Ichi tak pernah mempermasalahkan hal itu. Apalah arti sebuah nama. Biarlah orang berkata apa. Ichi cuek. Pagi yang cerah, ditemani oleh tarian angin sepoi-sepoi menambah kesejukan. Ia melangkahkan kakinya memasuki lantai kelas. Ichi tidak mengerti, kenapa dengan Ayak dan Tika. Hari ini mereka sewot banget. Dari tadi selalu menjauhi Ichi. Raut wajah mereka juga tak seramah biasanya.
“Teng...teng...teng...”bunyi bel pelajaran pertama dimulai.
“Uh, kenapa harus olahraga sih? Kan bikin capek!”rengek ichi dalam hati.
Teman-teman Ichi mengikuti tes Lay up untuk mendapatkan nilai terbaik pada cabang olahraga basket, sedang Ichi memilih duduk di sudut kiri lapangan. Mendadak ia merasakan ada hal aneh yang terjadi di dalam perutnya. Ia sakit perut. Mungkin karena kebanyakan makan nasi goreng cabe waktu sarapan tadi.
Bola mata ichi berputar-putar seperti sedang mencari sesuatu. Ichi mencari Ayak dan Tika. Dua sahabat karibnya. Ia ingin minta diantar ke UKS. Eh tapi nggak ketemu juga. Ia sudah merasa lelah dan akhirnya ia pasrah. Pikirnya, lebih baik ia pergi kembali ke kelas saja. Dengan langkah gontai, ia berjalan pelan-pelan.
*****
Memang, Ayak dan Tika suka iseng kalo ada teman mereka yang ulang tahun. Dan sasaran mereka kali ini adalah Ichi.
“Teng...teng...teng...”bunyi bel pelajaran kedua.
Jam olahraga berakhir semua kembali ke kelas untuk mengambil seragam, lalu berganti baju di toilet.
Pandangan Ichi tak lepas dari Ayak dan Tika. Ichi bingung mau bersenda gurau sama siapa. Mereka malah nggak peduli banget waktu Ichi manggil-manggil nama mereka. Ichi semakin kesal. Setelah berganti pakaian, Ichi berdiam diri sambil membuka buku Sosiologi untuk mengingat kembali materi yang akan dijadikan bahan ulangan.
“Hore! Bu guru nggak ada. Asik, jam kosong! Ye, nggak jadi ulangan! Wah bisa rame nih!”seisi kelas bersorasorak kegirangan.
Seperti halnya yang lain, Ichi juga ikut bernafas lega. Ulangan kali ini ia belum benar-benar menguasai materi. Di sisi lain, Ayak dan Tika sedang merencanakan sesuatu. Hari ini tanggal 31 Maret. Usia Ichi genap 16 tahun. Mereka tak pernah lupa tentang hari kelahiran temannya yang satu ini. Menurut mereka berdua, ini perlu dirayakan. Sekaligus sebagai ajang balas dendam karena dulu, Ichi juga pernah menjaili Ayak maupun Tika saat ulang tahun.
“Hihihi, kasihan juga ya Ichi. Masak iya, dari tadi pagi kita nggak ngajakin dia ngobrol. Takutnya ntar, makin kelihatan kalo kita lagi akting.”kata Ayak.
“Betul juga katamu, mending sekarang kita bersikap seperti biasanya. Kan acara beriseng-iseng ria belum dimulai.”sahut Tika setuju.
Sebenarnya Ichi merasa aneh. Tadi mereka cuek kok sekarang baik. Ayak dan Tika ngajak ngobrol. Tapi, ia tidak menghiraukan perasaannya. Yang penting dia bisa tertawa riang bersama sahabat-sahabatnya itu. Rasa jengkel Ichi pun hilang. Bahkan meraka mengajaknya pergi duduk-duduk di depan kelas. Entah apa yang ia bicarakan bersama kedua temanya itu. Ia tertawa lepas.
*****
Firdani sebagai ketua kelas, berkeliling mengitari meja demi meja, bangku demi bangku. Dani sapaan sehari-harinya, tidak sengaja melihat hp milik Ayak, Tika dan Ichi tergeletak di atas meja. Segera ia mengamankan, daripada nanti hilang.
*****
Ayak merogoh-rogoh rok abu-abunya. Ia tak menamukan hpnya. Hp merk Nokia tipe X5 warna hitam itu hilang. Ichi keget. Hpnya juga tak ada. Namun berbeda dengan Tika yang tenang-tenang saja.
“Tenang! Ada di kelas kok. Masak kalian lupa sih? Apa lagi kamu Ci? Kan tadi kamu yang naruh. Biar ku ambil deh!”celetuk Tika lugu.
Dengan langkah pasti, Tika berjalan memasuki kelas meninggalkan Ayak dan Ichi. Berniat mengambil hp punya mereka.
Firdani bertanya “Eh Tik, ini hpmu bukan? Aku temukan di atas meja.”
“Iya. Makasih deh, udah diamanin.”
Terbesit dalam benak Tika sebuah ide gila. Tika menyuruh Firdani memasukkan hp Ayak ke dalam tas Ichi. Teman-temannya yang lain juga diberi tahu rencana ini. Semua kompak ikut berpura-pura tidak tahu.
Setelah itu, Tika kembali menghampiri Ayak dan Ichi di depan kelas. Ia menyerahkan hp Ichi. Kemudian berakting mengajak Ayak ke toilet. Tika menceritakan semuanya agar lebih meyakinkan lagi. Ayak pun mengangguk-ngangguk tanda sudah mengerti.
*****
Tiba-tiba ibu guru dengan langkah cepat masuk kelas. Seisi kelas wajahnya berubah pucat pasi. Setelah mengucap salam ibu guru menjelaskan mengenai keterlambatannya dan segera duduk di kursinya. Semua takut kalo jadi ulangan.
“Tok...tok...tok...”suara ketukan pintu.
Ayak daan Tika yang dari toilet meminta ijin masuk kelas. Segera Ayak melapor ke ibu guru atas kehilangan hpnya. Ibu guru melotot karena kaget. Lalu menyuruh seisi kelas duduk di bangku masing-masing.
“Bagaimana itu bisa terjadi, Yak?”tanya ibu guru kepada Ayak.
“Tadi saya titipkan ke Ichi bu. Ichi ceroboh bu. Sembrono meletakkannya di atas meja saat kelas sepi. Lalu kami tinggal ke depan kelas. Saat Tika mengambil, hanya ada hp Ichi dan Tika. Hp saya sudah tidak ada. Hilang!”jawab Ayak panjang lebar.
Ichi sontak merasa bersalah. Ia menangis dengan derasnya. Air matanya mengalir, menetesi bukunya sampai basah. Ia merasa semakin takut ketika dipanggil ibu guru ke depan kelas. Dengan bijaksana, akhirnya ibu guru memerintahkan Firdani yang berakting seolah-olah tak mengerti apa-apa untuk memeriksa semua tas milik teman-teman sekelas. Firdani menemukan hp Ayak di dalam tas Ichi.
“Ini bu! Saya temukan di tas Ichi. Ichi yang mengambilnya tanpa sepengetahuan Ayak.”fonis Dani meyakinkan suasana.
Seakan-akan Ichi terpojokkan. Ia protes. Ia merasa ada yang memfitnah. Tubuhnya terbujur kaku. Keringat bercucuran dan tidak henti-hentinya ia menangis. Sedangkan Ayak hanya berpura-pura marah kepada Ichi. Melontarkan kata-kata penuh gunjingan, makian dan kebencian. Suasana semakin tak terkontrol dan menegangkan ketika ibu guru berkata, bahwa beliau akan melaporkan kasus ini ke BK, semua merasa takut. Padahal ini kan hanya main-main saja. Seketika, Firdani membongkar kejailan-kejailan yang ia buat bersama teman-teman sekelas.
Ibu guru marah-marah. Nada suaranya mulai semakin keras. Ibu guru merasa dipermainkan. Namun, karena ibu guru sosok pahlawan tanpa tanda jasa yang bijaksana, ibu guru menarik nafas dalam-dalam dan memberi nasihat. Kalo hal seperti ini, bisa berdampak buruk. Untung saja tadi tidak jadi masuk BK.
“Ayo Firdani, Tika dan Ayak minta maaf ke Ichi sekarang!”
Ichi memaafkan dan baru tersadar kalo hari ini dia ulang tahun. Semua berakhir bahagia walaupun Ichi berakting jengkel dengan kata:
“Dasar kalian, bla bla bla
Dasar kalian, bla bla bla”
Dan dengan “Dasar kalian bla bla bla” yang lainnya.
Semua kembali normal. Wajah merengut Ichi berubah sumringah, teman-teman juga menyanyikan lagu ulang tahun untuknya.
*****